Pages

image

Merawat Kelinci


Kelinci. Ciri khasnya yang gaul, lucu dan kadang menimbulkan rasa iba membuat banyak orang mudah terprovokasi untuk memilikinya. Masalahnya kemudian jika tidak bisa merawat, kita hanya akan memiliki kelinci dalam hitungan beberapa hari, atau paling-paling 2-3 minggu kelincinya bertahan hidup. Mengapa? Masalah ini perlu dijawab secara ringkas sebagai pedoman bagi pemula. Di dalam naskah ini memang tidak akan ada penjelasan yang mendetail karena persoalan kelinci tidak bisa dijelaskan dalam naskah sependek ini. Harapan tulisan ini bisa membuat kita berpikir lebih serius dan berhati-hati supaya kelinci dan kita tidak rugi karena kematian.
Kelinci, pada semua umur memang lucu. Tetapi masa puncak kelucuannya biasanya pada umur 17-35 hari. Itulah mengapa banyak orang tertarik langsung membeli anakan-anakan itu. Petshop dan warung pinggir jalan di tempat-tempat wisata menjual ini. Kalau kita Tanya ke penjualnya apakah bisa tahan hidup atau tidak jawabnya hidup.

Bahkan kalau kita Tanya ke mereka apakah kelinci kuat di bawa pergi jauh memakai kendaraan, jawabnya kuat. Bahkan dengan percaya diri mereka bilang kuat dibawa pergi jauh berhari-hari, dari pulau jawa hingga makasar, palembang, bahkan banda aceh. Bagi yang belum mengenal seluk-beluk kelinci biasanya mudah percaya. Lalu nekad membelinya sekejap itu juga. Bagaimana kita merespon ini semua?
Masa menyusui memang hanya berkisar antara 1-42 hari. Tetapi jika kurang dua bulan dipisah dari induk, atau katakanlah langsung dipisah mendadak di bawah umur 60 hari (2 bulan) kemungkinan kelinci stres sangat besar. Intinya, masa kumpul anak kelinci dengan induknya butuh 60 hari dengan pola pemisahan tidak mendadak. Satu faktor ini saja akan membuat kelinci menderita. Rata-rata kelinci yang lucu-lucu di pinggir jalan itu baru berumur antara 25-35 hari. Ini mengerikan sekali. Para bakul tidak peduli dengan sisi naluriah kehidupan makhluk hidup.
Mereka tega membeli dari peternak di desa-desa, dan ironisnya para peternak kecil juga tidak melarangnya karena mereka butuh duit. Duitlah yang membuat mereka tega, bahkan dengan seringnya mati itulah mereka merasa senang karena dengan begitu nanti para pembeli yang kelincinya mati diharapkan membeli lagi. Ini bukan rahasia lagi di kalangan para penjual kelinci anakan. Kelinci diambil dari peternak di desa rata-rata dengan harga murah, yakni Rp 10.000, ada pula yang harganya Rp 15.000 (tergantung jenisnya). Lalu di bawa pergi ke pinggir jalan. Pada satu dua hari kelinci belum terlihat sakit. Tetapi pada hari ketiga biasanya stres semakin melanda karena mereka tidak mendapatkan ASI (Air Susu Induk) lagi. Mereka hanya makan rumput dan pelet. Untuk pakan rumput tidak masalah.
Tetapi ketika anak-anak di bawah umur 50 hari itu masuk petshop dan hanya dipasok pelet, -tanpa keseimbangan rumput disertai kehilangan ASI, maka pencernaannya yang masih lemah itu biasanya memiliki masalah. Pencernaan kelinci beda dengan pencernaan hewan lain. Kelinci hanya mengandalkan usus besar untuk mencerna, tanpa dibantu lambung. Jika pada usia kecil sudah kebanyakan makan padat, terutama pelet maka sering jadi sumber masalah. Diare akan melanda segera. Maka jangan heran kalau pada hari keempat hingga ke tujuh biasanya kelinci pada mati. Di warung pinggir jalan biasanya belum pada mati karena baru 2-4 hari. Tetapi jika sudah sampai petshop (rata-rata 5-10 hari), kematian kelinci mencapai angka 40-50 persen. Lalu sisanya biasanya mati di tangan pembeli setelah 3-4 hari di rumah.
Kematian selain karena masalah pemisahan dari induk dan pakan, biasanya disertai kolaps karena perjalanan jauh. Perjalanan jauh bagi kelinci sangat menyiksa. Selain dalam kondisi stress mendadak terpisah dari induk, faktor lain seperti berdesak-desakan, terlalu banyak makan pelet, kurang minum disertai kejadian menegangkan dari lingkungan perjalanan dan situasi baru yang berubah-ubah membuat stres mempengaruhi pola pakan.
Pada kondisi seperti inilah rasionalitas stres bisa diterima sebagai penyebab kematian. Tetapi menyembuhkan stress saja tidak cukup membuat kelinci bertahan sebab memang pada dasarnya anak kelinci di bawah umur 60 hari masih rentan kematian.  Bagaimana supaya kelinci tidak mati?
Jawabannya jangan membeli anakan di bawah umur 60 hari.
Tetapi memang di sini akan timbul masalah. Sebab para calon pemelihara ini sering percaya bahwa kelinci sudah umur 2 bulan sebagaimana kata penjualnya. Inilah repotnya. Sebenarnya kelinci-kelinci itu belum berumur 2 bulan, bahkan untuk mencari umur 1,5 bulan pun sangat jarang. Rata-rata tetap di bawah umur 35 hari.
Sebagaimana watak kebanyakan para pedagang di Indonesia, mereka suka berbohong. Bukan soal umur saja, para penjual, termasuk di petshop juga berbohong soal jenis, dan penjelasan yang lain tentang pakan. Mereka para penjual sesungguhnya bukan peternak. Mereka tidak tahu menahu tentang kelinci kecuali sekadar menyebut jenis dan harga. Bahkan soal pakan pun hanya bisa menjawab, pakannya rumput, sayur, pelet dan jangan diberi air minum.
Ini adalah penjelasan yang sangat fatal tentunya. Pelet buat kelinci tidak boleh sembarangan. Air minum juga sangat penting bagi kelinci karena kelinci adalah bagian dari makhluk hidup yang setiap saat butuh air minum. Anjuran sayur kankung dan kubis sangat menyesatkan. Kangkung dan kubis bukan pakan kelinci yang baik karena selain menimbulkan bau tak sedap bagi kotoran juga kandungan serat-kasarnya terlalu tinggi, terlebih bagi kelinci anakan.

Sebaiknya kita membeli kelinci ke peternakan langsung yang menyantumkan tanggal lahir kelinci dan melihat beberapa hal kemungkinan untuk meyakini kelinci sudah lewat usia 2 bulan.



Baca Selengkapnya...

1 comments:

andy fath said...

Saya memelihara kelincidan sekarang sdh beranak. Saya mau bertanya, apakah benar setelah melahirkan anakan kelinci dapat dipisahkan dulu dengan induknya agar tidak mati terinjak? dan apakah benar anakan kelinci tidak menyusui sampai umur satu minggu?? mohon jawabannya. trims

Post a Comment